This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Juli 23, 2009

Wonderful City in Borneo..



Rabu Malam(22 Juli 2009) sekitar Jam 19.00 WITA kami sampai di Kota Bontang, sekitar 120 Km dari kota Propinsi Kalimantan Timur . Hanya 2-3 jam dari kota samarinda. Kami berangkat dari samarinda bertiga dengan supir yang kami sewa langsung dari samarinda. Perjalannannya tidak cukup menyenagkan karena selain medan jalannya yang berliku, kondisi jalannyapun tidak begitu baik. selama perjalanan kita akan disuguhi hutan-hutan yang berubah jadi lahan kosong yang gersang karena bekas galian batubara. benar-benar mengkhawatirkan, hutan-hutan tersebut setelah di kuliti dan di bedah perutnya ditinggalkan begitu saja. Selain itu yang yang membuat Bontanng cukup dikenal adalah adanya 2 perusahaan besar di Bontang ini yang cukup terkenal yaitu PKT dan PT. Badak. Menurut informasi yang saya dapatkan lebih dari 50% karyawan dan petinggi di dua perusahaan itu berasalal dari luar pulau kalimantan, selain dari Jawa kebnyakan karyawan berasal dari sulawesi, terutama sulawesi selatan. Bontang kota kecil yg cukup panas namun merupakan salah satu kota bersih di propinsi ini, dibandingkan Samarinda, Bontang memiliki tatakota yang lebih baik. Ini kali ketiganya aku berkunjung ke Bontang, ada beberapa tempat yang membuatku tertarik untuk kembali ke kota ini salah satunya adalah Bontang Kuala. Terdapat kampung terapung diatas laut yang baru pertama kali aku lihat langsung. Tidak hanya kampung terapungnya yang menarik namun di sana ada satu pojokan di ujung kampong yang dikhususkan untuk para pengunjung menikmati udara sore dan sunshine di tengah lautan. Sore itu aku mengunjungi tempat itu dengan seorang sahabat yang kebetulan bertugas di Bontang. Kami menghabiskan sore dengan disuguhi angin laut yang sangat menyejukan di temani gorengan panas dan the hangat. Benar-benar suasana yang jarang aku temui di tempat lain. Ada banyak pengunjung yang asyik bercengkrama dengan keluarga ataupun teman-temannya, ada juga pasangan-pasangan muda yang sedang di mabuk asmara ikut menikmati sunshine. Di tempat itu juga di lengkapi beberapa warung-warung yang menyediakan berbagai jenis santapan yang sengaja di hadirkan untuk menemani sore yang indah itu.

Setelah kami puas menikmati anginlaut di pojokan itu, kami melanjutkan perjalanan masi di kawasan yang sama, kami berkunjung ke sudut lain di Bontang Kuala yaitu Café Kapal. Ada sebuah café di tengah laut yang desain bangunannya menyerupai kapal. Untuk mesuk ke café trs kita akn melewati jembatan gantung yang melintasi lautan. Menguji adrenalin dan pastinya mendebarkan hati. Selain dua tempat di kawasan Bontang Kuala kamipun memutuskan untuk menikamti makan siang di sebuah tempay yang cukup terkenal di Bontang yaitu Café Singapore, di namakan café Singapore karena ada satu patung Marlion di café tersebut. Inilah daya tarik yang ditawarkan café tersebut. Selain itu harga yang ditawarkan di café ini sangat kompetitif.
Benar-benar perjalanan yang menyenangkan, dengan kesan pertama yang sangat mengoda yang membuat kita ketagihan untuk berkunjung kembali.

Juli 20, 2009

Detik-Detik Yang Menentukan..Bag.II



Pada Awal Mei 2008 aku mandapat panggilan melalui telepon untuk datang ke Jakarta mengikuti interview program “short course Political Ecology” , aku mendaftar program tersebut sekitar bulan oktober 2007. Aku memenuhi panggilan tersebut, mengikuti interview di Gedung Jamsostek lt.20 jalan Gatot Subroto. Aku mendapat giliran ke-2 setelah peserta yang berasal dari Sulawesi selatan. Seorang wanita eropa setengah baya menginterviewku sekitar 30 menit. Aplikasi yang pernah dikirimkan aku presentasikan di depan wanita itu, dengan beberapa pertanyaan terkait program tersebut, nampaknya wanita itu tidak begitu puas dengan jawaban yang aku berikan. Apalagi bahasa inggrisku yang tidak begitu baik mungkinsaja menjadikannya tidak begitu antusias mewanwancaraiku. Aku keluar dari ruangan itu dengan perasaan kecewa dan pesimis karena merasa banyak hal yang harus aku pelajari , banyak hal yang belum aku ketahui, ilmuku masih sangat dangkal. Sepanjang jalan aku menangisi keadaanku, merasa kecewa dengan kemampuan yang aku miliki. Sekitar seminggu kemudian aku mendapat kabar dari salah satu teman yang menjadi calon peserta program tersebut. Dia mengabari bahawa aku lolos interview itu, jelas!aku tidak percaya dengan informasi itu. Pengumuman kelulusannya ada di internet, aku langsung ke warnet dan melihat sendiri hasil tes itu. Aku kaget karena namaku tercantum pada urutan ke-12 dari 19 orang yang lulus mengikuti program tersebut. Akhir Mei 2009 aku berangkat dari bandara soekarno hatta menuju Bandara Schipol di Amsterdam.
Aku mendapat cuti 1 bulan untuk mengikuti program tersebut, namun aku dari awal sudah menyelesaikan kewajibanku untuk menyelesaikan materi pelajarn sampai akhir semester. Aku membuat kesepakatan dengan murid-murid di luar jam sekolah. Semuanya berjalan lancer samapi aku kembali ke Indonesia pada akhir Juni, seminggu sebelum perpisahan siswa kelas III.
Perjuanganku mendapat pekerjaan yang lebih “baik” ternyata tidak selesai pada titik itu, akhirnya di tahu ajaran baru aku mendapat tawaran dari seorang kakak tingkatku semasa kuliah untuk mengajar Bahasa inggris di SMK swasta di tengah kota Cianjur. Kesempatan itu tentu saja tidak aku lewatkan, aku mengikuti prosedur yang ada, mengirim aplikasi dan mengikut wawancara. Pada Juli 2008 yang menandai dimulainya tahun ajaran baru, aku mengajar di dua sekolah dengan mata pelajaran berbeda. Di SMK aku mengajar pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu dengan jumlah jam 24, di 6 kelas, masing tingkat ada dua kelas.. Kemudian sisanya yaitu Senin, rabu dan Jumat aku mengajar di SMU dengan 12 jam pelajaran untuk kelas X-XII. Di kedua sekolah aku mendapat amanah untuk menjadi walikelas di SMK aku menjadi walikelas X MO I, dan di SMU aku menjadi walikelas XI-IPA. Tanggung jawab yang berat menurut fikirku, dengan dua pelajaran yang keduanya akan di UNkan. Terlebih aku harus memberikan pelajaran tambahan untuk kelas XII sebagai persiapana menghadapi Ujian Nasional.
Setiap hari aku pergi mengajar, setengah hari aku berada di sekolah, maksimal jam 3 aku sudah berada di rumah. Selain itu secara otomatis pundi-pundi uangku bertambah. Keadaan itu masih membuatku tidak puas, aku masih belum merasa cocok dengan profesi itu, selain beberapa pertimbangan diatas aku juga merasa bahwa Guru bukan lahan pekerjaanku, terlebih aku tidak mempunyai akta IV yang menjadi legalisasi untuk menjadi guru. Walaupun legalisasi itu sebenarnya bisa di ikuti hanya dengan 6 bulan kuliah maka sertifikat akta itu sudah bisa didapatkan.
Dalam keadaan itu aku masih mengikuti beberapa tes kerja di luar kota, akupun masih mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan. Hingga akhirnya pada bulan November 2008 salah satu temanku semasa program di Denhaag menghubungiku dan menawari sebuah pekerjaan menjadi coordinator wilayah untuk salah satu LSMnya di Samarinda Kalimantan Timur. Namun tawaran tersebut tidak membuatku tertarik, walaupun gajinya sanagt besar untuk ukuranku namun aku masih mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya aku mulai merasa saying dengan murid-muridku, aku merasa belum waktunya aku meninggalkan mereka. Pertimbangan lainya adalah jarak yang sangat jauh dari keluargaku. Dengan pertimbangan yang cukup panjang akhirnya pada akhir desember aku memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Hal utama yang membuatku menerima tawaran tersebut adalah keadaan ekonomi keluragaku yang saat itu sangat berantakan. Adikku masuk kuliah, dan satu adeku akan masuk SMP. Di satu sisi bapakku sudah tidak mempunyai pendapatan yang bisa kami andalkan, usaha ibuku juga menuju kehancuran. Setelah mengurus semua tanggungjawabku di sekolah pada tanggal 27 Desember aku berangkat menuju Samarinda, kota yang samasekali tidak pernah aku bayangkan untuk aku kunjungi apalagi untuk menjadi temapt tinggal.

Detik-Detik Yang Menentukan..Bag.I

19 Oktober 2006, aku menyelesaikan kuliahku dengan hasil yang sangat memuaskan, nilaiku Cumlaude. Apa yang aku usahan selama masa-masa kuliah di jurusan ini ternyata tidak sia-sia aku mendapat nilai terbaik di jurusanku dan kedua terbaik difakultas. Harga yang menurutku pantas untuk didapatkan, sebuah penghargaan akademik yang diberikan universitas ketika aku wisuda. Ucapan selamat aku terima dari teman dan sahabat termasuk dosen-dosenku, sebuah sertifikat dan kitab suci diberikan untuk semua mahasiswa dengan nilai terbaik dijurusannya masing-masing, dari 5 Fakultas yang ada pada waktu itu ada sekitar 25 orang yang mendapat kehormatan untuk naik podium disaksikan oleh ribuan mahasiswa dan orang tuanya. Hanya sedikit rasa bangga dan bahagia yang aku rasakan ketika itu, karena yang membayangi dan menghantui fikiranku kala itu adalah “akan kemana aku setelah mendapatkan gelar dengan ijazah ini”, gundah, resah, pesimis itulah yang aku rasakan ketika berlangsungnya prosesi wisuda.
Setelah selesai wisuda aku memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung dan berusaha untuk mencari pekerjaan. Aku tinggal dengan keluarga temanku yang sudah aku anggap keluargaku sendiriHampir setiap hari aku mendatangi warnet dan kantor pos untuk mengirimkan lamaran. Lebih dari 100 lamaran telah aku kirimkan, lebih dari 30 kali aku dipanggil untuk melakukan berbagai macam tes masuk perusahaan. Namun, ada saja hambatan sehingga aku tidak bisa diterima di perusahaan itu, jelas bukan karena kemampuanku yang tidak ada tapi karena IP(ilmu pendekatan)ku yang tidak terbangun dengan baik. Selama aku mencari pekerjaan aku part time di sebuah LSM yang sebelumnya telah aku ikuti ketika masih aktif kuliah. Ada proyek penelitian anggaran lingkungan hidup di LSM tersebut dan aku di libatkan sebagai salah satu peneliti. Pada waktu itu mereka membayarku 1,5 juta/bulan, nilai yang aku rasa cukup untuk membiayai hidupku selama mencari pekerjaan di Bandung.
Akhir November proyek penelitian itu selesai, itu berarti aku tidak punya pekerjaan lain yang akan menopang kehidupanku selama berada di Bandung. Pada Desember 2007 aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku di Cianjur, aku bermaksud menenangkan diri di antara keluargaku. Namun, itu ternyata bukan terapi yang bagus. Statusku sebagai sarjana pengangguran membuatku berada dalam tekanan. Banyak hal negative yang mulai memasuki fikiranku, hatiku mulai tidak tenang dan aku tidak dapat berfikir dengan baik. Keadaan keluargaku juga tidak mendukung situasi yang aku hadapi saat itu. Dalam keadaaan gamang, atas saran ibuku, aku memasukan lamaran ke sebuah sekolah SMU swasta di kampungku. Tepatnya pada Jum’at minggu ke-2 Desember aku berangakt bersama saudaraku ke sekolah tersebut dengan blazer dan kerudung ungu . Entah ada harapan untuk diterima atau tidak yang jelas ketika aku mendatangi sekolah itu dan menemui kepala sekolahnya aku merasa raga dan jiwaku tidak berada pada satu kesatuan yang utuh. Batinku mengatakan bahwa ini bukan pekerjaan yang kau cari selama ini, dan kamu tidak cocok untuk menjalani pekerjaan ini.
Seminggu kemudian aku dipanggil kembali ke sekolah tersebut, aku ditawari untuk mengajar mata pelajaran Kimia dari kelas X-XII. Pada saat itu juga jiwa dan ragaku masih mengambang, jelas ada keraguan dalam asaku untuk menerima pekerjaan itu. Tapi disisi lain aku tidak kuat untuk menanggung beban moralku sebagai seorang manusia bertoga yang tidak berguna. Aku tidak mampu menerima cibiran dan umpatan tetangga-tetanggaku karena aku belum mandapat pekerjaan. Jelas bukan masalah materi pelajaran yang aku khawatirkan, sejak di SMP aku memiliki ketertarikan yang sangat luar biasa terhadap mata pelajaran eksak. Aku selalu mendapat nilai memuaskan untuk mata pelajaran seperti matematika dan IPA. Ketika di SMU aku beberapa kali mengikuti olimpiade kimia tingkat SMU se-kabupaten. Pengalaman itulah yang membuatku yakin kalau aku mampu memberikan yang terbaik untuk murid-muridku. Selain sifat pantang menyerah yang ku miliki sejak kecil.
Januari 2009 statusku berubah menjadi seorang Guru Kimia SMU, sebuah profesi yang sangat membanggakan untuk keluargaku , terutama ibuku. Jumlah murid disekolah itu kurang lebih 100 orang, aku mulai mengajar kelas 1-3 pada semester II. Aku kembali mempelajari kimia demi murid-muridku, saat itu aku bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk mereka. Aku membeli banyak buku kimia untuk membuatku lebih percaya diri ketika berhadapan dengan murid-muridku. Hari demi hari kau lewati, dalam seminggu aku mengajar selama 3 hari dengan jumlah jam 12. Sisanya ku habiskan untuk belajar dan kembali mengasah kemampuanku, karena selama aku kuliah aku tidak pernah menyantuh apalagi membuka buku yang berkaitan dengan ilmu eksakta. Sangat mudah bagiku untuk menguasai semua kurikulum yang saat itu diberlakukan, dengan cepat aku beradaptasi dengan murid-muridku. Hal yang tidak aku bayangkan sebelumnya ternyata murid-muridku sanagt suka daengan cara mengajarku, mereka sangat antusias ketika aku memasuki kelas mereka. Hanya butuh waktu tiga bula disana aku dipercaya oleh kepala sekolah untuk menjadi walikelas kelas 2 mengantikan seorang temanku yang tidak bisa meneruskan kewajibanya. Tentu saja semuanya tidak berjalan dengan mulus, pada awal-awal aku menjadi guru aku tidak bisa mengendari sepeda motor dengan baik, padahal jarak dari rumahku ke sekolah sekir 15 kilo meter, dan parahnya lagi tidak ada kses angkutan public kea arah sekolahku. Hanya ojeg yang yang tersedia untuk sampai disekolahku, setidaknya ku harus menyiapkan uang sekitar 20 ribu stiap kali aku berangkat ke sekolah hanya untuk biaya tarnsportasi. Padahal aku hanya di bayar 11.000/jam jadi setiap mbulan aku hanya menerima Rp.110.000, kemudia di tambaha beberapa tunjangan yang jelas jumlahnya tidak seberapa , sertiap bulan aku hanya menerima uang tidak sampai Rp.200.000, jumlah yang sangat kecil tentunya. Sangat tidak sebanding dengan apa yang aku lakukan, namun aku berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk meid-muridku. Stiap ajamku mengajar aku tidak pernah telat ataupun pulang sebelum waktu mengajarku selesai. Aku akhirnya dapat mengendarai sepeda motor sendiri setelah 3 bulan mengajar. Selain maslah keuangan yang aku hadapi pada saat itu akupun mendapat kendala dengan daya tangkap murid-muridku yang tidak bagus menurutku. Setiap hari aku harus berfikir ekstra bagaimana caranya agar aku dapat menyampaikan tiap materi agar muridku bisa memahaminya. Aku menjelaskan materi sesederhana mungkin supaya mereka bisa mengakap inti materi tersebut. Tidak hanya sampai disitu sebagian besar muridku berasal dari keluarga tidak mampu, orang tu mereka menjadi TKW di arab. Daoat di bayangkan bagaimana pola asuh dan pola belajar mereka di rumah, karena tidak ada perhatian dari orang tua, mereka jadi pribadi yang bebas dan susah untuk diarahkan. Itulah yang menjadi tantanganku akhirnya, ambisiku adalah merubah pola fikir mereka tentang kehidupan tentang kesuksesan tentang kebahagiaan. Setiap memulai, ketika, dan setelah aku menyampaikan materi aku selalu memberikan cerita-cerita baik itu dari pengalamanku ataupun dari kisah yang pernah aku baca, yang jelas maksudnya aku ingin membuka fikiran mereka supaya punya keberanian untuk bermimpi. Mereka mulai antusias dengan pelajaranku dan tentu saja dengan cerita-cerita yang akan aku sampaikan setiap aku mengajar, kebanyakan mereka menunggu-nunggu giliranku masuk ke kelas mereka. Kepala sekolah memberikan penilaian yang baik untuk cara mengajarku dan dia sangat puas dengan apa yang aku lakukan untuk murid-murid. Namun keadaan itu tidak membuatku serta merta puas dengan profesi ini, aku tetap berusaha dan terus bermimpi untuk keluar dari kampungku dan berkerja dengan frekuensi kerja yang lebih menantang dan tentu saja dengan gaji yang besar. Tidak hanya itu yang membuatku tidak nyaman menjadi seorang guru, ada hal yang menurutku sangat prinsipil yaitu masalah “mental”pendidik yang akhirnya melahirkan “budaya pendidikan” yang “kotor”.

Juli 18, 2009


Banyak hal yang telah terjadi dalam hidupku selama hampir 25 tahun ini, 3 hari yang lalu usiaku genap 25 tahun. Aku bersyukur walaupun di hari ulangtahunku saat ini jauh dari keluarga, tp aku mempunyai sahabat yang selalu menemaniku dalam suka ataupun duka. Di usiaku yang ke 25 tahun ini selain aku berada jauh dari keluarga, akupun kehilangan orang yang selama 2,5 tahun mengisi hari-hari indahku. Aku akhirnya mengambil keputusan untuk berpisah darinya, walaupun sangat berat tapi inilah keputusan terbaik yang harus kuambil. Keputusan yang diwarnai dengan tangisan dan perdebatan batin. Sangat menyakitkan dan membuatku harus kembali menyusun rencana untuk masa depan. Rencana yang telah aku buat dengan dirinya sekarang hanyalah tinggal kenangan yang tidak perlu aku ingat kembali. Hidupku tidak boleh terhenti hanya karena satu orang laki-laki yang sebenarnya tidak pantas untuk aku tangisi. Biarlah semuanya jadi pelajaran untuk hari esok, aku akan tetap berlari mengajar semua impianku. Aku akan tetap mencari calon pendamping hidupku, orang yang akan mengantarkanku pada kebahagian dunia dan akhirat. Aku selalu optimis Allah telah menyiapkan seorang laki-laki terbaik yang akan mendapingi hidupku selamanya.
Tanpa dia aku masih bisa tersenyum, aku masih bisa melakukan aktivitasku dengan baik, ternyata tanpa dia langit masih tetap cerah, matahari masih setia menghangatkan tubuhku, udara masih konsisten memberiku kesejukan. Banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku perhatikan, nyatanya dengan kepergianmu telah membawaku pada ketentraman hati yang selama bersamamu tidak aku dapatkan.
Walaupun selama ini kisah kita tidak berujung, akhirnya di awal Mei ini semua kisah cinta kita berujung, terhenti dengan tragis dan sangat tidak menyenangkan. Aku berharap semoga jalan yang kita pilih adalah jalan terbaik yang diridhoi Allah, semoga kedepannya kita dapat kebahagiaan masing-masing.
walaupun samapai saat ini aku bersikap seolah memusuhi dirinya, sebenarnya aku sudah memaafkan semua kesalahannya, aku telah mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Namun aku tetap pada keputusanku untuk tidak berkomunikasi dengan dirinya dalam bentuk apapun. Semuanya telah aku kubur dalam relung hatiku yang paling dalam dan tidak akan pernah aku ingat kembali. Tidak ada sedikitpun niat dalam hatiku untuk kembali mengulang kisah cinta denga dirinya.
Aku berharap dirinya akan berubah dan menyadari kesalahan yang selama ini telah dibuat sebelum dirimu diingatkan dengan adzab Allah yang pasti tidak akan pernah bisa diprediksikan. Semoga tidak ada lagi korban kebohonganmu, cukup aku yang meratapi nasib karena pengkhianatanmu.
Hari-hariku semakin indah ketika dirimu jauh dari ingatanku, aku merasa lebih dekat dengan sang kholiq, tanpamu aku menjadi lebih bergairah untuk belajar, untuk melakukan hal-hal positif yang selama ini tidak pernah aku lakukan, karena semua waktuku tersita untuk memikirkan kelakuan dan sifatmu yang tidak pernah bisa dipercaya.

Yaa..Allahh,,,Yaa..Robbi..terima kasih untuk segalanya, untuk petunjuknya, untuk jalan yang telah Engkau pilihkan untuk hambamu ini. Aku yakin Engkau memberiku kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Ummi terimakasih untuk doa dan kesabarannya, aku yakin sampai hari ini aku masih berdiri dan berlari atas doamu jua. Ummi tetaplah jadi matahariku yang selalu menerangi kehidupanku dan tak pernah perhitungan dengan apa yang telah engkau berikan pada anakmu ini. Walaaupun sedikit sekali aku mengabdikan diri untukmu tapi engkau tetap tulus memberikan doa dan perhatian untukku.
Sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada, tanpa kalian aku ini hanya pohon kelapa kering yang hidup sebatang kara di tepi pantai. Kalian telah menemaniku untuk melewati kerasnya angin yang menerpaku setiap saat, kalian melindungiku dari hantaman ombak, dan ancaman manusia yang ingin memanfaatkanku.
Mylife must Go on!!Thanks God...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More