This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Oktober 26, 2009

...hidup untuk belajar

Kadang penilaian kita terhadap seseorang hanya subjektif, kita menilai orang lain dari sudut pandang kita yang tentu saja sangat sempit, sedalam apapun kita mengenal orang tersebut tidak bisa dipastikan bahwa apa yang dia fikirkan sama dengan yang kita fikirkan. Seringkali kita merasa bisa menebak arah fikiran atau bahkan pola fikir seseorang yang kita kenal tersebut. Beberapa orang sering mengungkapkan bahwa dia mampu membaca atau mengetahui kepribadian temannya atau pasangannya karena mereka telah menjalin hubungan yang cukup lama dan cukup intensif. Namun, apakah kedua indikator itu adalah jaminan bahwa dia bisa menebak bahkan mengetahui pola fikir teman/pasangannya itu. Nah, bagaimana jika sikap, cerita or apapun yang di perlihatkan teman. pasangan itu palsu??apakah anda bisa menjamin bahwa apa yang dilakukannya selama dia bersama anda keluar dari hati nuraninya.Tidak salah memang ketika kita menebak atau merasa sangat mengenal teman atau pasangan anda baik itu tentang kepribadiannya atau pola fikirnya, namun yang menurut saya kurang tepat adalah ketika anda menjudge bahkan mempublish hal tersebut ke khalayak atau ke orang sekitar anda. kenapa??misalnya ketika Rina bersahabat dengan Dara, mereka sudah memulai pertemanan sejak duduk di bangku sekolah dasar dan samapi di perguruan tinggi mereka tidak pernah putus komunikasi. keduanya merasa sudah sangat mengenal. nah, di rumah Rina sangat dekat dengan Ibunya, dia sering menceritakan apapun yang dia rasakan ke ibunya, baik ketika dia happy or sebaliknya. Rina juga kadang menceritakan keadaan Rina, menurut Rina, Dara itu suka berbohong karena beberapa kali janji jalan dengan Rina dia batalkan. Kemudian Rina bercerita kepada ibunya bahwa dara itu tukang bohong, ketika Rina mengungkapkan penilaiannnya it, dia tidak menjelaskannya secara komprehensif dia hanya menceritakan kepada ibunya bahwa Dara adalah tukang bohong. Dalam fikiran ibunya tentu saja akan terekam bahwa dara adalah tukang bohong sesuai dengan yang diceritakan anaknya. Orang ketiga yang mendapat informasi sebagian besara kan menerima informasi itu bulat2, tidak melihat dari sudut pandang yang lain atau berusaha mengkonfirmasi ke orang yang di judge tersebut. apakah ini wajar?lalu bagaiman seharusnya kita menyikapi hal tersebut??

Fenomna seperti ini sering saya dapatkan dalam hubungan pertemenanan, dunia kerja atau jalinan asmara, terkadang kita belum ketemu dengan orangnya namun kita sudah banyak mengenal orang tersebut dari cerita2 atyau penilaian teman kita, seperti halnya contoh tadi, ibunya Rina mungkin saja tidak mengenal Dara, namun karena Rina sering menceritakan hal-hal tentang Dara termasuk penilaiannya tentang Dara, maka wajar jika ibunya sudah punya gambaran tentang dara,ibunya akan menilai dara sesuai dengan yang diceritakan dara, walaupun belum tentu itu sesuai dengan kenyataan. Namun, sangat wajar ketika ibunya punya penilaian apapun yang berdasar pada cerita anaknya.
Dalam kasus seperti ini sebaiknya kita lebih bijak ketika menerima informasi apapun yang datang ke telingan kita, terlebih kalo informasi itu sifatnya mendeskriditkan atau memojokan orang lain. Kita tidak dilarang untuk punya penilaian apapun kepada orang-orang di sekeliling kita namun sebaiknya kita juga mengkonfirmasi atau mencari referensi lain. Satu hal lagi ketika inforasi yang terkait itu belum jelas kebenarnanya jangan sampai kita menyebarkan ke orang lain.

Kehidupan banyak memberikan pelajaran berharga untuk manusia, setiap yang diciptakan Tuhan pasti ada manfaatnya, ada tujuan penciptaannya, selain itu setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan pasti mengandung hikmah. Akan ada sesuatu di balik semuanya yang pernah kita hadapi selama hidup. Oleh karena itu kita sebagai manusia memang diharuskan untuk selalu belajar setiap hari dan setiap detik dari apa yang kita lihat, rasa, dengar, dan tentu saja kita juga harus belajar dari pengalaman yang telah kita lewati.
Selain itu, kita juga diwajibkan untuk saling mengingatkan dan saling mengisi satu sama lain, terkadang kita baru menyadari kesalahan kita jika ada yang menegur sikap kita. Bukalah hati dan akal kita untuk menerima semua pelajaran berharga yang telah disiapkan Tuhan, raih dan sambutlah rencana indah Tukan untuk kita.

Oktober 25, 2009

-_sisi lain kehidupan...

Hampir sebelas hari aku melewati Ramadhan tahun ini jauh dari keluargaku dan orang-orang terdekatku. Aku menjalani ibadah tahun ini di samarinda dengan teman-temna baru yang kukenal sekitar 6 bulan yang lalu.semuanya terasa biasa saat aku menjalani ini semua dengan ikhlas dan optimis bahwa aku mampu melewati masa-masa ini. Hanya saja rasa rindu untukberkumpul dan bercengkrama dengan keluarga muncul secara tiba-tiba dan tak kuasa untuk ku bendung, akhirnya hanya air mata yang mampu mengobati semua rasa itu.
Banyak hal yang telah aku lalui di kota ini, suka ataupun duka selalu berganti mengisi kesendirian ini. Aku bersyukur dengan keadaan ini, jauh dari keluarga membuatku merasakan bagaimana tanggungjawab yang harus kujalani dalam hidup ini. Tiap detik aku memikirkan banyak hal terkait dengan masa depanku dan semua yang aku rencanakan dalam hidup ini. Hanya aku yang memikirkan kelanjutan hidupku esok hari, apa yangaharus aku lakuakan dan apa yang tidak harus aku lalukan. Kesendirian mmebuatku hidup jauh dari larangan, hanya diri ini yang memebatasi kesendirian ini menjadikanku lebih tegar dan kuat menghadapi semua badai yang datang.

Oktober 21, 2009

-asa yg tersimpan..


Berulang kali aku merasakan perasaan seperti ini, rasanya aku sulit untuk keluar dari jerat yang telah dia rancang untuk mengepung kehidupanku. segala cara telah ku coba untuk memutuskan jaring ini, tapi bersamaan dengan putusnya jaring itu, muncul lagi jaring baru yang nyatanya lebih mengikat. Dari awal aku mengenal dirinya dan memutuskan untuk menjalin hubungan, dari sanalah penderitan ini muncul. Hampir tiga tahun aku membenamkan hati dan fikiran ini dalam jeratan dia. Dalam doa tak henti ku mohon petunjuk-Nya agak aku di berikan jalan terbaik, dan selalu di bawah bimbingan-Nya. Sebagian asaku sudah hampir musnah seiring kebersamaan kami. Kapankah Allah akan menunjukan jalan itu, kemana aku harus melangkahkan kaki ini agar ak mampu melupakan dan menghapus dirinya dari kehidupanku. aku bener-benar letih dengan keadaan ini, aku bosan diperbudak perasaan dan di cekoki janji-janji serta dibutakan oleh kebohongannya. Aku yakin hanya Engkau yang mampu mengeluarkanku dari jeratan ini, tak sanggup lagi kumenanggung derita ini.Semoga doaku, doa ibu dan bapakku mampu mengeluarkan aku dari keadaan ini.

September 27, 2009

-Realitas..........

Pada bulan ramadhan solat teraweh merupakan salahsatu amalan yang rutin aku kerjakan. Aku lebih sering mengerjakannya di kostan berjamaah dengan teman sekosanku ataupun sendirian.pada shaum hari ke 20-an saya bersama 3 teman lainnya memutuskan untuk solat teraweh di Mesjid terbesar di kalimantan Timur yaitu Islamic Center, kami juga berbuka puasa di mesjid tersebut dengan menu seadanya yang disediakan pihak panitia mesjid. Ada satu hal yang membuat saya kaget ketika menjalankan solat teraweh di mesjid itu. Ketika kami memasuki kawasan mesjid suasananya sangat ramai, Hampir semua tempat parkir penuh dengan jamaah yang akn melaksanakan solat teraweh. hal yang sangat membuatku kaget dan sekaligus miris ketika solat dimulai adalah, jamaah memuat shaf sendiri-sendiri mendekati pintu, jendela ataupun tempat bersandar. Sehingga terlihat jamaah yang berblok-blok. Hanya sekitar 3 shaf yang terlihat penuh dan rapi. sisanya berpisah-pisah menjadi grup-grup. Sempat ku tegur beberapa jamaah yang ada di sekitarku, reaksi mereka tentu saja terlihat kesal dan tidak terima karena merasa ku atur. Akhirnya ku putuskan untuk bertanya pada pihak panitia mesjid, kenapa mereka tidak menegur jamaah yang membuat shaf sendiri-sendiri itu. menurut keterangan panitia, mereka sudah berusaha untuk menertibkan shaf, namun ketika di ingatkan mereka marah kepada panitia. Kondisi yang bener-benar memprihatinkan. Semula aku fikir kondisi shaf yang acak-acakan itu hanya terjadi pada jamaah perempuan, karena rasa kepenasaranku, aku berjalan ke area jamaah laki-laki dan ingin membuktikan keadaan itu. Ternyata keadaannya tidak jauh beda dengan shaf di area perempuan.Hmm..itulah realitas yang terjadi di masyarakat kita, itu hanyalah contoh kecil bagaimana kondisi ummat islam pada saat ini, mungkin tidak bisa di generalisir, namun paling tidak hal itu akan sedikit membuka paradigma berfikir kita tantang kondisi yang saat ini kita hadapi.

September 06, 2009

-Beyond Expression....


Ku t'lah coba untuk berlari menjauhi dirimu dan bayanganmu,tapi semakin lariku kencang bayanganmu semakin nampak di hadapanku. Entah apa yang tejadi dengan diriku,seolah aku tak bisa menghindar dari bayanganmu. Batinku mulai berontak ragaku mulai lunglai tak berdaya ketika bayanganmu menghampiriku. "Kosong" kata itu yang pantas menggambarkan perasaanku saat jauh dari dirimu, tak ada yang mampu mengisi relung hatiku setelah kepergianmu. Harus kah aku kembali ke masalalu yang tak henti mengoreskan kepedihan di hati ini. Ucap yang dikeluarkannya selalu membuatku melayang dan membawaku kembali ke angan untuk kembali berada dipelukannya. Entah apa yang tejadi dengan diriku sampai aku melewati titik ini. Titik dimana aku tak mampu melakukan apapun, logika tak terkendali terus melompat-lompat memikirkan hal yang tak jelas, memikirkan keberadaannya. Sudah kucoba menghakimi diri ini agar asa dan fikir bisa berkompromi untuk pergi jauh dari aroma kehidupan dia. Huhh!!!Buntu...selalu jalan yang ku buat berakhir pada keadaan ini, terjebak pada mulut manisnya yang jelas-jelas cuma kebohongan yang dibungkus dengan ketulusan. Bayangkan..!!!hampir delapan kali aku terjebak dalam lingkaran kelabu yang sengaja telah dia siapkan."beyond belief,out of my mind" itulah kata-kata yang tepat untuk mengambarkan apa yang aku rasakan!!!

Juli 23, 2009

Wonderful City in Borneo..



Rabu Malam(22 Juli 2009) sekitar Jam 19.00 WITA kami sampai di Kota Bontang, sekitar 120 Km dari kota Propinsi Kalimantan Timur . Hanya 2-3 jam dari kota samarinda. Kami berangkat dari samarinda bertiga dengan supir yang kami sewa langsung dari samarinda. Perjalannannya tidak cukup menyenagkan karena selain medan jalannya yang berliku, kondisi jalannyapun tidak begitu baik. selama perjalanan kita akan disuguhi hutan-hutan yang berubah jadi lahan kosong yang gersang karena bekas galian batubara. benar-benar mengkhawatirkan, hutan-hutan tersebut setelah di kuliti dan di bedah perutnya ditinggalkan begitu saja. Selain itu yang yang membuat Bontanng cukup dikenal adalah adanya 2 perusahaan besar di Bontang ini yang cukup terkenal yaitu PKT dan PT. Badak. Menurut informasi yang saya dapatkan lebih dari 50% karyawan dan petinggi di dua perusahaan itu berasalal dari luar pulau kalimantan, selain dari Jawa kebnyakan karyawan berasal dari sulawesi, terutama sulawesi selatan. Bontang kota kecil yg cukup panas namun merupakan salah satu kota bersih di propinsi ini, dibandingkan Samarinda, Bontang memiliki tatakota yang lebih baik. Ini kali ketiganya aku berkunjung ke Bontang, ada beberapa tempat yang membuatku tertarik untuk kembali ke kota ini salah satunya adalah Bontang Kuala. Terdapat kampung terapung diatas laut yang baru pertama kali aku lihat langsung. Tidak hanya kampung terapungnya yang menarik namun di sana ada satu pojokan di ujung kampong yang dikhususkan untuk para pengunjung menikmati udara sore dan sunshine di tengah lautan. Sore itu aku mengunjungi tempat itu dengan seorang sahabat yang kebetulan bertugas di Bontang. Kami menghabiskan sore dengan disuguhi angin laut yang sangat menyejukan di temani gorengan panas dan the hangat. Benar-benar suasana yang jarang aku temui di tempat lain. Ada banyak pengunjung yang asyik bercengkrama dengan keluarga ataupun teman-temannya, ada juga pasangan-pasangan muda yang sedang di mabuk asmara ikut menikmati sunshine. Di tempat itu juga di lengkapi beberapa warung-warung yang menyediakan berbagai jenis santapan yang sengaja di hadirkan untuk menemani sore yang indah itu.

Setelah kami puas menikmati anginlaut di pojokan itu, kami melanjutkan perjalanan masi di kawasan yang sama, kami berkunjung ke sudut lain di Bontang Kuala yaitu Café Kapal. Ada sebuah café di tengah laut yang desain bangunannya menyerupai kapal. Untuk mesuk ke café trs kita akn melewati jembatan gantung yang melintasi lautan. Menguji adrenalin dan pastinya mendebarkan hati. Selain dua tempat di kawasan Bontang Kuala kamipun memutuskan untuk menikamti makan siang di sebuah tempay yang cukup terkenal di Bontang yaitu Café Singapore, di namakan café Singapore karena ada satu patung Marlion di café tersebut. Inilah daya tarik yang ditawarkan café tersebut. Selain itu harga yang ditawarkan di café ini sangat kompetitif.
Benar-benar perjalanan yang menyenangkan, dengan kesan pertama yang sangat mengoda yang membuat kita ketagihan untuk berkunjung kembali.

Juli 20, 2009

Detik-Detik Yang Menentukan..Bag.II



Pada Awal Mei 2008 aku mandapat panggilan melalui telepon untuk datang ke Jakarta mengikuti interview program “short course Political Ecology” , aku mendaftar program tersebut sekitar bulan oktober 2007. Aku memenuhi panggilan tersebut, mengikuti interview di Gedung Jamsostek lt.20 jalan Gatot Subroto. Aku mendapat giliran ke-2 setelah peserta yang berasal dari Sulawesi selatan. Seorang wanita eropa setengah baya menginterviewku sekitar 30 menit. Aplikasi yang pernah dikirimkan aku presentasikan di depan wanita itu, dengan beberapa pertanyaan terkait program tersebut, nampaknya wanita itu tidak begitu puas dengan jawaban yang aku berikan. Apalagi bahasa inggrisku yang tidak begitu baik mungkinsaja menjadikannya tidak begitu antusias mewanwancaraiku. Aku keluar dari ruangan itu dengan perasaan kecewa dan pesimis karena merasa banyak hal yang harus aku pelajari , banyak hal yang belum aku ketahui, ilmuku masih sangat dangkal. Sepanjang jalan aku menangisi keadaanku, merasa kecewa dengan kemampuan yang aku miliki. Sekitar seminggu kemudian aku mendapat kabar dari salah satu teman yang menjadi calon peserta program tersebut. Dia mengabari bahawa aku lolos interview itu, jelas!aku tidak percaya dengan informasi itu. Pengumuman kelulusannya ada di internet, aku langsung ke warnet dan melihat sendiri hasil tes itu. Aku kaget karena namaku tercantum pada urutan ke-12 dari 19 orang yang lulus mengikuti program tersebut. Akhir Mei 2009 aku berangkat dari bandara soekarno hatta menuju Bandara Schipol di Amsterdam.
Aku mendapat cuti 1 bulan untuk mengikuti program tersebut, namun aku dari awal sudah menyelesaikan kewajibanku untuk menyelesaikan materi pelajarn sampai akhir semester. Aku membuat kesepakatan dengan murid-murid di luar jam sekolah. Semuanya berjalan lancer samapi aku kembali ke Indonesia pada akhir Juni, seminggu sebelum perpisahan siswa kelas III.
Perjuanganku mendapat pekerjaan yang lebih “baik” ternyata tidak selesai pada titik itu, akhirnya di tahu ajaran baru aku mendapat tawaran dari seorang kakak tingkatku semasa kuliah untuk mengajar Bahasa inggris di SMK swasta di tengah kota Cianjur. Kesempatan itu tentu saja tidak aku lewatkan, aku mengikuti prosedur yang ada, mengirim aplikasi dan mengikut wawancara. Pada Juli 2008 yang menandai dimulainya tahun ajaran baru, aku mengajar di dua sekolah dengan mata pelajaran berbeda. Di SMK aku mengajar pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu dengan jumlah jam 24, di 6 kelas, masing tingkat ada dua kelas.. Kemudian sisanya yaitu Senin, rabu dan Jumat aku mengajar di SMU dengan 12 jam pelajaran untuk kelas X-XII. Di kedua sekolah aku mendapat amanah untuk menjadi walikelas di SMK aku menjadi walikelas X MO I, dan di SMU aku menjadi walikelas XI-IPA. Tanggung jawab yang berat menurut fikirku, dengan dua pelajaran yang keduanya akan di UNkan. Terlebih aku harus memberikan pelajaran tambahan untuk kelas XII sebagai persiapana menghadapi Ujian Nasional.
Setiap hari aku pergi mengajar, setengah hari aku berada di sekolah, maksimal jam 3 aku sudah berada di rumah. Selain itu secara otomatis pundi-pundi uangku bertambah. Keadaan itu masih membuatku tidak puas, aku masih belum merasa cocok dengan profesi itu, selain beberapa pertimbangan diatas aku juga merasa bahwa Guru bukan lahan pekerjaanku, terlebih aku tidak mempunyai akta IV yang menjadi legalisasi untuk menjadi guru. Walaupun legalisasi itu sebenarnya bisa di ikuti hanya dengan 6 bulan kuliah maka sertifikat akta itu sudah bisa didapatkan.
Dalam keadaan itu aku masih mengikuti beberapa tes kerja di luar kota, akupun masih mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan. Hingga akhirnya pada bulan November 2008 salah satu temanku semasa program di Denhaag menghubungiku dan menawari sebuah pekerjaan menjadi coordinator wilayah untuk salah satu LSMnya di Samarinda Kalimantan Timur. Namun tawaran tersebut tidak membuatku tertarik, walaupun gajinya sanagt besar untuk ukuranku namun aku masih mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya aku mulai merasa saying dengan murid-muridku, aku merasa belum waktunya aku meninggalkan mereka. Pertimbangan lainya adalah jarak yang sangat jauh dari keluargaku. Dengan pertimbangan yang cukup panjang akhirnya pada akhir desember aku memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Hal utama yang membuatku menerima tawaran tersebut adalah keadaan ekonomi keluragaku yang saat itu sangat berantakan. Adikku masuk kuliah, dan satu adeku akan masuk SMP. Di satu sisi bapakku sudah tidak mempunyai pendapatan yang bisa kami andalkan, usaha ibuku juga menuju kehancuran. Setelah mengurus semua tanggungjawabku di sekolah pada tanggal 27 Desember aku berangkat menuju Samarinda, kota yang samasekali tidak pernah aku bayangkan untuk aku kunjungi apalagi untuk menjadi temapt tinggal.

Detik-Detik Yang Menentukan..Bag.I

19 Oktober 2006, aku menyelesaikan kuliahku dengan hasil yang sangat memuaskan, nilaiku Cumlaude. Apa yang aku usahan selama masa-masa kuliah di jurusan ini ternyata tidak sia-sia aku mendapat nilai terbaik di jurusanku dan kedua terbaik difakultas. Harga yang menurutku pantas untuk didapatkan, sebuah penghargaan akademik yang diberikan universitas ketika aku wisuda. Ucapan selamat aku terima dari teman dan sahabat termasuk dosen-dosenku, sebuah sertifikat dan kitab suci diberikan untuk semua mahasiswa dengan nilai terbaik dijurusannya masing-masing, dari 5 Fakultas yang ada pada waktu itu ada sekitar 25 orang yang mendapat kehormatan untuk naik podium disaksikan oleh ribuan mahasiswa dan orang tuanya. Hanya sedikit rasa bangga dan bahagia yang aku rasakan ketika itu, karena yang membayangi dan menghantui fikiranku kala itu adalah “akan kemana aku setelah mendapatkan gelar dengan ijazah ini”, gundah, resah, pesimis itulah yang aku rasakan ketika berlangsungnya prosesi wisuda.
Setelah selesai wisuda aku memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung dan berusaha untuk mencari pekerjaan. Aku tinggal dengan keluarga temanku yang sudah aku anggap keluargaku sendiriHampir setiap hari aku mendatangi warnet dan kantor pos untuk mengirimkan lamaran. Lebih dari 100 lamaran telah aku kirimkan, lebih dari 30 kali aku dipanggil untuk melakukan berbagai macam tes masuk perusahaan. Namun, ada saja hambatan sehingga aku tidak bisa diterima di perusahaan itu, jelas bukan karena kemampuanku yang tidak ada tapi karena IP(ilmu pendekatan)ku yang tidak terbangun dengan baik. Selama aku mencari pekerjaan aku part time di sebuah LSM yang sebelumnya telah aku ikuti ketika masih aktif kuliah. Ada proyek penelitian anggaran lingkungan hidup di LSM tersebut dan aku di libatkan sebagai salah satu peneliti. Pada waktu itu mereka membayarku 1,5 juta/bulan, nilai yang aku rasa cukup untuk membiayai hidupku selama mencari pekerjaan di Bandung.
Akhir November proyek penelitian itu selesai, itu berarti aku tidak punya pekerjaan lain yang akan menopang kehidupanku selama berada di Bandung. Pada Desember 2007 aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku di Cianjur, aku bermaksud menenangkan diri di antara keluargaku. Namun, itu ternyata bukan terapi yang bagus. Statusku sebagai sarjana pengangguran membuatku berada dalam tekanan. Banyak hal negative yang mulai memasuki fikiranku, hatiku mulai tidak tenang dan aku tidak dapat berfikir dengan baik. Keadaan keluargaku juga tidak mendukung situasi yang aku hadapi saat itu. Dalam keadaaan gamang, atas saran ibuku, aku memasukan lamaran ke sebuah sekolah SMU swasta di kampungku. Tepatnya pada Jum’at minggu ke-2 Desember aku berangakt bersama saudaraku ke sekolah tersebut dengan blazer dan kerudung ungu . Entah ada harapan untuk diterima atau tidak yang jelas ketika aku mendatangi sekolah itu dan menemui kepala sekolahnya aku merasa raga dan jiwaku tidak berada pada satu kesatuan yang utuh. Batinku mengatakan bahwa ini bukan pekerjaan yang kau cari selama ini, dan kamu tidak cocok untuk menjalani pekerjaan ini.
Seminggu kemudian aku dipanggil kembali ke sekolah tersebut, aku ditawari untuk mengajar mata pelajaran Kimia dari kelas X-XII. Pada saat itu juga jiwa dan ragaku masih mengambang, jelas ada keraguan dalam asaku untuk menerima pekerjaan itu. Tapi disisi lain aku tidak kuat untuk menanggung beban moralku sebagai seorang manusia bertoga yang tidak berguna. Aku tidak mampu menerima cibiran dan umpatan tetangga-tetanggaku karena aku belum mandapat pekerjaan. Jelas bukan masalah materi pelajaran yang aku khawatirkan, sejak di SMP aku memiliki ketertarikan yang sangat luar biasa terhadap mata pelajaran eksak. Aku selalu mendapat nilai memuaskan untuk mata pelajaran seperti matematika dan IPA. Ketika di SMU aku beberapa kali mengikuti olimpiade kimia tingkat SMU se-kabupaten. Pengalaman itulah yang membuatku yakin kalau aku mampu memberikan yang terbaik untuk murid-muridku. Selain sifat pantang menyerah yang ku miliki sejak kecil.
Januari 2009 statusku berubah menjadi seorang Guru Kimia SMU, sebuah profesi yang sangat membanggakan untuk keluargaku , terutama ibuku. Jumlah murid disekolah itu kurang lebih 100 orang, aku mulai mengajar kelas 1-3 pada semester II. Aku kembali mempelajari kimia demi murid-muridku, saat itu aku bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk mereka. Aku membeli banyak buku kimia untuk membuatku lebih percaya diri ketika berhadapan dengan murid-muridku. Hari demi hari kau lewati, dalam seminggu aku mengajar selama 3 hari dengan jumlah jam 12. Sisanya ku habiskan untuk belajar dan kembali mengasah kemampuanku, karena selama aku kuliah aku tidak pernah menyantuh apalagi membuka buku yang berkaitan dengan ilmu eksakta. Sangat mudah bagiku untuk menguasai semua kurikulum yang saat itu diberlakukan, dengan cepat aku beradaptasi dengan murid-muridku. Hal yang tidak aku bayangkan sebelumnya ternyata murid-muridku sanagt suka daengan cara mengajarku, mereka sangat antusias ketika aku memasuki kelas mereka. Hanya butuh waktu tiga bula disana aku dipercaya oleh kepala sekolah untuk menjadi walikelas kelas 2 mengantikan seorang temanku yang tidak bisa meneruskan kewajibanya. Tentu saja semuanya tidak berjalan dengan mulus, pada awal-awal aku menjadi guru aku tidak bisa mengendari sepeda motor dengan baik, padahal jarak dari rumahku ke sekolah sekir 15 kilo meter, dan parahnya lagi tidak ada kses angkutan public kea arah sekolahku. Hanya ojeg yang yang tersedia untuk sampai disekolahku, setidaknya ku harus menyiapkan uang sekitar 20 ribu stiap kali aku berangkat ke sekolah hanya untuk biaya tarnsportasi. Padahal aku hanya di bayar 11.000/jam jadi setiap mbulan aku hanya menerima Rp.110.000, kemudia di tambaha beberapa tunjangan yang jelas jumlahnya tidak seberapa , sertiap bulan aku hanya menerima uang tidak sampai Rp.200.000, jumlah yang sangat kecil tentunya. Sangat tidak sebanding dengan apa yang aku lakukan, namun aku berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk meid-muridku. Stiap ajamku mengajar aku tidak pernah telat ataupun pulang sebelum waktu mengajarku selesai. Aku akhirnya dapat mengendarai sepeda motor sendiri setelah 3 bulan mengajar. Selain maslah keuangan yang aku hadapi pada saat itu akupun mendapat kendala dengan daya tangkap murid-muridku yang tidak bagus menurutku. Setiap hari aku harus berfikir ekstra bagaimana caranya agar aku dapat menyampaikan tiap materi agar muridku bisa memahaminya. Aku menjelaskan materi sesederhana mungkin supaya mereka bisa mengakap inti materi tersebut. Tidak hanya sampai disitu sebagian besar muridku berasal dari keluarga tidak mampu, orang tu mereka menjadi TKW di arab. Daoat di bayangkan bagaimana pola asuh dan pola belajar mereka di rumah, karena tidak ada perhatian dari orang tua, mereka jadi pribadi yang bebas dan susah untuk diarahkan. Itulah yang menjadi tantanganku akhirnya, ambisiku adalah merubah pola fikir mereka tentang kehidupan tentang kesuksesan tentang kebahagiaan. Setiap memulai, ketika, dan setelah aku menyampaikan materi aku selalu memberikan cerita-cerita baik itu dari pengalamanku ataupun dari kisah yang pernah aku baca, yang jelas maksudnya aku ingin membuka fikiran mereka supaya punya keberanian untuk bermimpi. Mereka mulai antusias dengan pelajaranku dan tentu saja dengan cerita-cerita yang akan aku sampaikan setiap aku mengajar, kebanyakan mereka menunggu-nunggu giliranku masuk ke kelas mereka. Kepala sekolah memberikan penilaian yang baik untuk cara mengajarku dan dia sangat puas dengan apa yang aku lakukan untuk murid-murid. Namun keadaan itu tidak membuatku serta merta puas dengan profesi ini, aku tetap berusaha dan terus bermimpi untuk keluar dari kampungku dan berkerja dengan frekuensi kerja yang lebih menantang dan tentu saja dengan gaji yang besar. Tidak hanya itu yang membuatku tidak nyaman menjadi seorang guru, ada hal yang menurutku sangat prinsipil yaitu masalah “mental”pendidik yang akhirnya melahirkan “budaya pendidikan” yang “kotor”.

Juli 18, 2009


Banyak hal yang telah terjadi dalam hidupku selama hampir 25 tahun ini, 3 hari yang lalu usiaku genap 25 tahun. Aku bersyukur walaupun di hari ulangtahunku saat ini jauh dari keluarga, tp aku mempunyai sahabat yang selalu menemaniku dalam suka ataupun duka. Di usiaku yang ke 25 tahun ini selain aku berada jauh dari keluarga, akupun kehilangan orang yang selama 2,5 tahun mengisi hari-hari indahku. Aku akhirnya mengambil keputusan untuk berpisah darinya, walaupun sangat berat tapi inilah keputusan terbaik yang harus kuambil. Keputusan yang diwarnai dengan tangisan dan perdebatan batin. Sangat menyakitkan dan membuatku harus kembali menyusun rencana untuk masa depan. Rencana yang telah aku buat dengan dirinya sekarang hanyalah tinggal kenangan yang tidak perlu aku ingat kembali. Hidupku tidak boleh terhenti hanya karena satu orang laki-laki yang sebenarnya tidak pantas untuk aku tangisi. Biarlah semuanya jadi pelajaran untuk hari esok, aku akan tetap berlari mengajar semua impianku. Aku akan tetap mencari calon pendamping hidupku, orang yang akan mengantarkanku pada kebahagian dunia dan akhirat. Aku selalu optimis Allah telah menyiapkan seorang laki-laki terbaik yang akan mendapingi hidupku selamanya.
Tanpa dia aku masih bisa tersenyum, aku masih bisa melakukan aktivitasku dengan baik, ternyata tanpa dia langit masih tetap cerah, matahari masih setia menghangatkan tubuhku, udara masih konsisten memberiku kesejukan. Banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku perhatikan, nyatanya dengan kepergianmu telah membawaku pada ketentraman hati yang selama bersamamu tidak aku dapatkan.
Walaupun selama ini kisah kita tidak berujung, akhirnya di awal Mei ini semua kisah cinta kita berujung, terhenti dengan tragis dan sangat tidak menyenangkan. Aku berharap semoga jalan yang kita pilih adalah jalan terbaik yang diridhoi Allah, semoga kedepannya kita dapat kebahagiaan masing-masing.
walaupun samapai saat ini aku bersikap seolah memusuhi dirinya, sebenarnya aku sudah memaafkan semua kesalahannya, aku telah mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Namun aku tetap pada keputusanku untuk tidak berkomunikasi dengan dirinya dalam bentuk apapun. Semuanya telah aku kubur dalam relung hatiku yang paling dalam dan tidak akan pernah aku ingat kembali. Tidak ada sedikitpun niat dalam hatiku untuk kembali mengulang kisah cinta denga dirinya.
Aku berharap dirinya akan berubah dan menyadari kesalahan yang selama ini telah dibuat sebelum dirimu diingatkan dengan adzab Allah yang pasti tidak akan pernah bisa diprediksikan. Semoga tidak ada lagi korban kebohonganmu, cukup aku yang meratapi nasib karena pengkhianatanmu.
Hari-hariku semakin indah ketika dirimu jauh dari ingatanku, aku merasa lebih dekat dengan sang kholiq, tanpamu aku menjadi lebih bergairah untuk belajar, untuk melakukan hal-hal positif yang selama ini tidak pernah aku lakukan, karena semua waktuku tersita untuk memikirkan kelakuan dan sifatmu yang tidak pernah bisa dipercaya.

Yaa..Allahh,,,Yaa..Robbi..terima kasih untuk segalanya, untuk petunjuknya, untuk jalan yang telah Engkau pilihkan untuk hambamu ini. Aku yakin Engkau memberiku kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Ummi terimakasih untuk doa dan kesabarannya, aku yakin sampai hari ini aku masih berdiri dan berlari atas doamu jua. Ummi tetaplah jadi matahariku yang selalu menerangi kehidupanku dan tak pernah perhitungan dengan apa yang telah engkau berikan pada anakmu ini. Walaaupun sedikit sekali aku mengabdikan diri untukmu tapi engkau tetap tulus memberikan doa dan perhatian untukku.
Sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada, tanpa kalian aku ini hanya pohon kelapa kering yang hidup sebatang kara di tepi pantai. Kalian telah menemaniku untuk melewati kerasnya angin yang menerpaku setiap saat, kalian melindungiku dari hantaman ombak, dan ancaman manusia yang ingin memanfaatkanku.
Mylife must Go on!!Thanks God...

Juni 23, 2009

who am I...???

Hampir dua puluh lima tahun aku hidup di dunia ini, banyak hal yang telah aku lewati. Suka dan duka silih berganti mengisi hari-hariku, canda dan tawa kadang menjadi pelipur di tengah-tengah cobaan yang mendera. Di lain waktu tangisan juga kadang dapat mengurangi beratnya beban hidup yang aku jalani. Dengan senyuman,kesabaran, usaha, dan tentu saja doa semuanya bisa dilewati dengan indah. Kebodohan, kecerobohan, dan keegoisan diri pada dasarnya yang memunculkan beban hidup itu.
Aku sadar bahwa ketika aku terlahir ke dunia ini aku membawa misi Tuhan yang tentu saja harus aku jalani sepanjang jatah umurku, namun karena kebodohan,kecerobohan, dan kegoisan itulah banyak misi Tuhan yang belum aku laksanakan, bahkan sering hal itu aku jadikan beban hidup.
Sering aku bertanya pada diriku sendiri untuk apa Tuhan menghidupkan aku sampai seperempat abad ini jika aku tidak bisa memberikan manfaat buat orang lain. Sampai saat ini aku merasa bahwa aku orang yang sangat egois dan tidak pandai mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Ingin rasanya aku menjadi seperti sosok Muhammad yang pandai mengendalikan diri dan tentu saja banyak memberikan manfaat buat orng lain.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More